Di salah satu sudut kota, terdapat sebuah
keluarga yang sangat harmonis di mata orang-orang setempat. Namun di balik
keharmonisan itu semua, terselip segelintir rasa yang mengganjal di hati anak
dari keluarga tersebut di saat ia beranjak dewasa. Anak itu bernama Harold.
Yaa,, memang Harold anak yang cerdas. Semenjak
dia duduk di bangku sekolah dasar, dia sering mendapat juara. Untuk waktu itu,
dia masih mempunyai rasa kebahagiaan di saat ia mendapatkan juara di kelasnya.
Karena kedua orang tuanya masih peduli dan sering memberi hadiah di saat ia
mendapatkan juara.
Rasa bahagia itu kini sudah tidak pernah ia
dapatkan kembali di saat ia duduk di bangku SMA. Sedih rasanya di saat
mengingat masa-masa indahnya dulu sewaktu masih kecil. Entah apa penyebabnya,
kini orang tua Harold sudah tidak memperdulikannya lagi.
Tetapi untung saja Harold dapat menemukan
wanita yang sangat cantik, baik dan perhatian yang luar biasa ia berikan kepada
Harold. Wanita itu bernama Gisca.
Mungkin jika ia tidak menemukan wanita seperti
Gisca, Harold sudah sangat frustasi karena tidak pernah mendapatkan perhatian
dari orang yang ia sayangi.
Semenjak Harold bertemu Gisca, kini hidup
Harold agak sedikit lebih berwarna dari sebelumnya. Yaa..walaupun itu tak
seindah ketika ia masih kecil dulu.
Setiap saat ia selalu bersandar kepada Gisca
dalam arti Harold sering menceritakan kejadian-kejadian yang tidak enak
dipandang maupun dirasakan saat berada di dalam rumahnya.
Gisca yang penuh kesabaran dan pengertian itu
terus menerus memberikan masukan dan nasehat kepada Harold. Yaa..walaupun
biasanya Gisca tidak dapat berbuat apa-apa, namun Gisca masih tetap setia untuk
mendengarkan curahan hati pasangannya itu.
Disetiap masalah yang sering di ceritakan oleh
Harold itu, dapat memberikan Gisca pelajaran untuk kelak ia tumbuh menjadi
dewasa nanti.
Setiap hari ada saja yang selalu
dipertengkarkan oleh kedua orang tua Harold yang juga dapat menimbulkan efek
bagi Harold yakni KEJENUHAN!
Lagi-lagi Harold pergi dari rumah, karena ia jenuh
berada di dalam rumah yang penuh keributan. Itu pun ia pergi secara diam-diam,
tanpa sepengetahuan dari kedua orang tuanya. Karena selama ini jika Harold
pergi jauh-jauh ia selalu tidak mendapat izin dari kedua orang tuanya.Lain
halnya dengan kekasihnya itu, Gisca selalu menemani Harold ke manapun.
Tepat jam 17:00, Harold belum juga ingin pulang
ke rumah. Padahal Gisca sudah membujuk Harold untuk pulang karena sudah sore
dan sebentar lagi matahari akan tenggelam. Berbagai cara di lakukan oleh Gisca
namun semua cara itu sama sekali tidak berpengaruh kepada Harold. Harold tetap
tak mau pulang dan memilih untuk tetap duduk di sebuah pondok tepi pantai.
Waktu trus berjalan, wajah Harold masih saja
murung. Kali ini dia enggan berbicara kepada Gisca, entah apa yang terjadi
Gisca juga tidak tahu. Gisca trus bertanya-tanya namun tak sedikit pun
terdengar suara dari mulutnya Harold.
Sampai pada akhirnya, Gisca melihat matahari
yang hampir terbenam di ujung laut sana. Yah..bisa di bilang Sunset J. Gisca memaksa Harold
untuk melihat keindahan pantai di sore hari. Dengan wajah yang kusut Harold pun
melihatnya.
Gisca memanfaatkan kesempatan itu. Dia mencoba
melakukan hal yang bisa membuat Harold tertawa. Yaa! Cara yang dilakukan itu
berhasil! Harold kembali ceria. Dan mereka pun tertawa bersama J
Namun seketika, keceriaan itu hanya berakhir
disitu. Harold kembali sedih dan akhirnya ia meneteskan air mata. Gisca pun
lalu memeluk Harold dan berkata “sayang..come on! Don’t be cry! Kamu kenapa?
Ada apa? Ayo cerita sama aku J” sambil mengusap air
mata yang jatuh dari kedua mata Harold. “andaikan kamu itu ibu aku, aku sangat
beruntung sekali L”, kata Harold. “maksud kamu apa?”,
Tanya Gisca heran. “selama ini aku hampir tidak pernah merasakan kasih sayang
dari seorang ibu apalagi dari seorang ayah L selama ini yang aku
tahu hanya pertengkaran, kekerasan dan hal lain yang sebenarnya aku tak ingin
melihatnya L”, jelas Harold. Namun Gisca kali ini
tak bisa menjawab nya. “aku tau kamu tidak tahu mau jawab apa :’). Yaaa..ini
semua adalah takdir ku. Aku terlahir dari keluarga seperti ini. Dan aku harus
menjalaninya sendirian”, sambung Harold. “tidak Harold, kamu masih ada aku, aku
yang selalu menemani mu ke manapun dan kapan pun J”, tegas Gisca. “tidak!
Aku tidak mau terus-terusan membebanimu sayang. Aku ingin menjalaninya sendiri,
walaupun aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak L”, sambung Harold.
“jadi lah Harold yang kuat J Harold yang tetap
semangat J Harold yang sabar J Harold yang ceria J. Ok sayang ;)”, jawab
Gisca. “sepertinya itu bukan aku, aku yang sekarang tidak bisa seperti apa yang
kamu bayangkan. Ini semuanya sulit untuk mengubah aku yang dulu L. Maaf jika aku tidak
seperti dulu Gisca L”, tetesan air mata trus mengalir di
pipi Harold. “iya, aku tahu itu. Tapi setidaknya kamu ada usaha dong buat
menjadi Harold yang dulu J kamu jangan putus asa seperti itu!”.
“iya, tapi itu sulit Gisca! Aku juga gak tahu apa sebabnya orang tua ku tidak
mengizinkan aku pergi ke mana-mana!”, sambung Harold. “ya mungkin orang tua mu
sayang sama kamu, makanya kamu gak di ijinin pergi kemana-mana. Itu semua
karena orang tua mu takut kamu kenapa-kenapa”, tegas Gisca. “andaikan mereka
akur, mungkin aku tidak seperti ini L aku tidak di kekang!
Aku ingin bebas Tuhaaaaaan!”, sambil berteriak kencang. “Tuhan, aku ingin bebas
dari semua cobaan mu ini L. Sepertinya cobaan mu ini tidak ada
akhirnya L aku mohon izin kepadamu untuk bebas
dari semua kegelapan yang ada L”, lanjut Harold.
“Harold cukup! Kamu gak boleh bicara seperti itu!”, sambil memeluk Harold.
Harold pun hanya bisa terdiam dan menangis.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19:15.
Gisca pun membujuk Harold untuk pulang.
Saat di perjalanan pulang, Harold masih tetap
tak bersuara.
Sesampainya di rumah, seperti biasa Harold di
marah oleh ibunya karena dia pergi sampai malam. Namun harold tak memperdulikan
omelan ibunya itu, dan dia langsung menuju kamarnya.
Di dalam kamar ia menangis, tak tahu apa yang
harus di lakukannya. Tak sengaja ia melihat sebuah kertas dan pena di atas meja
belajarnya. Ia pun lalu menulis unek-unek nya di kertas putih itu.
Tuhan..aku ingin kebebasan dari semua
cobaan mu.
Aku ingin kedua orang tua ku akur
kembali.
Aku ingin semuanya kembali normal.
Aku ingin bebas Tuhaaaan.
Jika tak kau berikan kebebasan yang aku
ingin kan.
Aku punya 1 permohonan.
Aku mohon berilah aku izin untuk bisa
merasakan kebebasan seperti dulu.
Belum selesai Harold menulis, ternyata ia sudah
tertidur karena kelelahan.
Tidak lama kemudian ibunya memanggil-manggil
Harold untuk menyuruhnya makan malam, namun tak terdengar suara balasan dari
Harold. Akhirnya ibunya menyusul Harold di kamar, ternyata Harold sedang
tertidur.
Di lihatnya Harold terbaring di atas meja
belajarnya, membuat ibu Harold untuk membangunkannya. Tapi tak sengaja ibu
Harold melihat kertas putih di atas meja belajarnya. Lalu ia membaca isi dari
kertas putih itu.
Setelah membaca kertas putih yang di tulis oleh
anaknya sendiri, hati ibu Harold terpukul. Ia lalu memindahkan Harold ke tempat
tidur lalu keluar dari kamar Harold.
Semalaman ibu Harold memikirkan isi tulisan itu
hingga ia tak tidur.
Pagi harinya terdengar lagi suara keributan itu
sampai-sampai membangunkan Harold yang sedang tertidur. Namun keributan ini
karena ibu Harold ingin suaminya tahu kalo selama ini mereka sudah kelewatan
batas. Sampai-sampai anak sendiri tidak mereka perdulikan.
Setelah suaminya melihat isi surat tersebut.
Hati mereka pun terketuk. Dan akhirnya membuat mereka sadar bahwa selama ini
mereka sudah salah mengekang Harold.
Saat Harold hendak menemui kedua orang tuanya,
Harold di kejutkan oleh kekasihnya yang sudah menunggunya di depan kamarnya.
Lalu Harold menyeret Gisca untuk masuk ke kamarnya dengan maksud agar Gisca
tidak mendengar perkelahian kedua orang tuanya. Namun Harold terlambat, Gisca
sudah mendengar terlebih dahulu.
Harold pun menangis di bahu Gisca. “kenapa
orang tua ku gak akur-akur L”, Tanya Harold kepada
gisca. Belum sempat gisca berbicara, orang tua Harold memasuki kamar Harold.
Dan itu mengejutkan Harold dan Gisca. Tetapi Harold lebih terkejutnya lagi, ia
melihat kedua orang tuanya sudah akur kembali.
“mamah…papah…:’)”, sambil berlari menuju orang
tuanya lalu memeluknya. “sayang..maaf kan mama ya”.”maafkan papa juga ya
Harold, papa janji papa gak akan lagi buat kamu dan mama kamu kecewa sama
papa”, sambung papa Harold. “iya, Harold maafkan”.
Dan Gisca pun berpikir, tidak selamanya hidup
itu selalu bahagia dan tidak selamanya juga hidup itu akan selalu pahit. Kehidupan
itu selalu berputar. Terkadang kita bisa merasakan kegembiraan, keceriaan,
maupun kebebasan dan terkadang juga tidak bisa merasakan semua itu. Bersabar
dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan adalah kunci dari semua kehidupan yang
abadi J
0 komentar:
Post a Comment